Survei ini membuktikan kekhawatiran kami terhadap rumah tangga

Di sektor pendidikan, sebanyak 75 persen anak-anak yang disurvey masih mengalami kesulitan untuk belajar karena kendala jaringan internet dan alat yang belum merata di seluruh negeri. Dua pertiga dari anak-anak tetap belajar dari rumah, sementara sepertiganya sudah kembali ke sistem pembelajaran tatap muka di sekolah.

“COVID-19 menciptakan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi anak-anak dan pengasuhnya di seluruh Indonesia,” kata Maniza Zaman, Perwakilan UNICEF Indonesia. “Laporan ini menggarisbawahi pentingnya meningkatkan sistem perlindungan sosial, mengatasi krisis pembelajaran dan memastikan anak-anak penyandang disabilitas tidak tertinggal saat negara pulih dari COVID-19 dan menghadapi dampak krisis global. Penyelesaian masalah
https://www.felysbakery.com/ ini merupakan kunci bagi Indonesia untuk mencapai visi jangka panjangnya menjadi salah satu dari 10 ekonomi terbesar dunia pada tahun 2030, mencapai status berpenghasilan tinggi dan mengurangi semua bentuk kemiskinan hingga mendekati nol.”

Dalam laporan terungkap bahwa 82 persen pendapatan rumah tangga ternyata masih belum berubah semenjak tahun 2020 atau bahkan semakin menurun, terutama di keluarga yang dikepalai oleh perempuan dan yang beranggotakan anak-anak.

“Survei ini membuktikan kekhawatiran kami terhadap rumah tangga paling rentan di Indonesia yang tetap berada dalam kondisi rentan dan membutuhkan dukungan, terutama dalam menghadapi kenaikan harga pangan. Kami berharap bahwa temuan dan rekomendasi dari survei ini akan membantu para pengambil keputusan mempertimbangkan cara yang paling tepat kedepannya. Hal ini diperlukan tidak hanya untuk pulih dari pandemi, tetapi juga untuk capaian di masa depan untuk indikator pembangunan lainnya, sembari memastikan tidak ada yang tertinggal,” kata Sujala Pant, Wakil Residen UNDP di Indonesia.

Athia Yumna, Wakil Direktur Bidang Penelitian dan Penjangkauan the SMERU Research Institute, mengungkapkan bahwa bantuan sosial pemerintah menjadi penyokong rumah tangga untuk mengatasi kekurangan pangan, penurunan pendapatan, dan kesulitan proses belajar-mengajar.

“Meskipun demikian, program perlindungan sosial perlu diperluas dan ditingkatkan untuk menjangkau lebih banyak masyarakat. Hal ini seiring dengan temuan di lapangan yang mengungkapkan bahwa satu dari empat rumah tangga mengalami keterlambatan menerima bantuan, tidak menerima bantuan dalam jumlah yang sesuai, kesulitan pencairan bantuan tunai, atau masalah teknis lainnya seperti ketidaksesuaian nama penerima bantuan,” sambungnya.

David Nellor, Direktur Prospera menutup diskusi dengan mengedepankan pentingnya penggunaan data sebagai landasan pembuatan kebijakan dan pemberian bantuan bagi masyarakat. Selain itu, kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan perlu digalakkan, sehingga tercipta perspektif-perspektif baru untuk pembangunan yang inklusif.