Kultur reyog dan warok semakin berubah setelah Markum
Efendi Ari Wibowo, guru berusia 28 tahun asli Ponorogo, merasa relasi warok-gemblak sudah sulit ditemui di kehidupan sehari-hari. Tak ada teman sepantaran atau tetangga desanya jadi gemblak. “Generasi bapakku masih sering cerita, oh ‘si itu kaya, dulu pernah jadi gemblak’,” ujarnya. “Yang masih bisa dilakukan sekarang paling mencari bekas gemblak dan warok.”
Hingga paruh pertama Abad 20, berbagai tradisi Warok-Gemblak—termasuk seksualitas mereka yang rumit—masih lestari. Sangat biasa menyaksikan warok adu kesaktian, bahkan saling bunuh, demi memperebutkan gemblak yang menjadi primadona karena amat tampan dan berbakat menari untuk meramaikan pentas reyog. “Menyayangi bocah laki-laki itu juga dianggap wajar,” kata Wisnu. Tentu konflik tak selalu jadi solusi. Praktik meminjamkan gemblak ke sesama warok juga lazim dilakukan.
Hubungan warok-gemblak, termasuk juga gempita seni reyog, berubah drastis usai tragedi pembantaian simpatisan komunis di seluruh Indonesia pada 1965. Banyak grup reyog dibekukan rezim Orde Baru. Alasannya karena reyog sering diundang
slot deposit OVO mengisi acara Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) di Jawa Timur, organisasi yang dianggap sayap kesenian Partai Komunis Indonesia. Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dikomandoi Sukarno turut membina banyak grup reyog. Semuanya dihabisi OrBa.
Kultur reyog dan warok semakin berubah setelah Markum Singodimedjo menjabat Bupati Ponorogo selama kurun 1994-2004. “Bupati membuat buku kuning semacam pedoman kesenian reyog. Atribut reyog disimbolisasi sesuai ajaran Islam,” kata Efendi. Alhasil, tradisi dan nilai lama reyog berubah.
Kekuasaan simbolis Warok yang sangat dihormati masyarakat ikut tergerus. Warok menyusut perannya jadi semata pemimpin kegiatan kesenian tradisi. Peran sebagai gemblak atau jathil pun banyak yang diganti perempuan tulen.
Dampaknya, warok yang dianggap menguasai ilmu kanuragan makin jarang ditemui. Bramantio Ranggapoda, anak muda asal Ponorogo saat dihubungi VICE, merasa tak pernah menemukan
info bocoran slot gacor terbaru reyog sebagaimana diceritakan leluhurnya. “Sejak lahir di tahun 1995 sampai sekarang, saya sudah enggak pernah melihat pertunjukan Reyog yang pemainnya semuanya laki-laki,” ujarnya. “Selalu ada perempuan dalam kelompoknya.”